rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Kamis, 27 Desember 2012

#NegeriOrangPart30: Cerita Tak Utuh

Terkadang senyum itu bisa lahir dari teman-teman yang baru saja kamu kenal.

Jika kita banyak melewatkan waktu bersama, wajar jika banyak tawa yang terlepas.
Jika kita banyak berbagi bersama, wajar jika perpisahan menjadi beban.
Jika kita banyak berjalan bersama, tak heran jika tukar-menukar hadiah menjadi kebiasaan.

Tapi jika tidak? Saya bisa menghitung hari-hari yang saya lewatkan bersama dengan teman-teman Vietnam, Eungok-Ahn-Teuk ahn-Phuong, lima jemari itu pun tak sampai. Kami pertama kali bertemu saat mereka baru sampai di Seoul, dan pertemuan selanjutnya--sekaligus terakhir--adalah hari ini. Di lain itu, saya hanya berbagi senyum dan sapa dengan mereka, kendati kami berada di kampus yang sama.
Phuong, saya, dan Ahn. Sayang Eungok dan Teuk Ahn tak terpotret

Pertemuan pertama jelas hanya ada rasa canggung. Saya sama sekali tidak mengenal mereka. Saya tidak bisa bahasa mereka dan bahasa Korea maupun Inggris mereka belum terlalu lancar--mungkin dikarenakan jetlag juga. Satu-satunya perantara kami adalah teman Vietnam saya yang lain, yang pernah sekali saya temui saat dia berkunjung ke Seoul. Karena kendala bahasa dan sepertinya mereka agak capek, saat itu saya tak mempunyai banyak kesempatan untuk berbicara dengan mereka. Pertemuan pertama itu pula agak 'melelahkan' kendati saya dan Tao--teman Vietnam yang satu tadi--harus mencarikan tempat tinggal untuk mereka.

Saat itu saya berpikir, baik-baik sajakah kesan pertama kami? Saya merasa saya tidak terlalu ramah pada mereka. Dan tidak bisa berbuat banyak untuk mereka pada saat itu. Selepas hari itu pun, kami tidak banyak bertemu. Hanya sesekali saat kuliah telah usai. Terbesit beberapa kali untuk mengajak mereka makan bersama, atau pergi ke suatu tempat bersama, tapi tidak pernah terwujud. 

Tidak sampai hari ini, saat akhirnya kami bisa memutuskan untuk bertemu. Tidak muluk-muluk, hanya makan siang dan minum teh bersama. Saya kadang khawatir bisakah nanti berbaur dengan mereka? Mengingat pertemuan pertama yang tak banyak kata, mau tak mau saya was-was juga. Tapi ternyata tidak. Kami sudah bisa berkomunikasi dengan bahasa Korea, sudah bisa bercerita tentang hal-hal kecil di sekitar kami. Jauh dari bayangan saya.

Sebuah mug cantik pemberian mereka

Dan sekali lagi saya terharu, saat mereka mengeluarkan sekotak kecil kado berwarna violet, dan sehelai kertas kecil yang pesannya mereka tulis pada saat itu juga. Kaget, jelas! Siapakah saya? Saya tidak banyak membantu sejak kedatangan mereka di sini, tapi mereka sempat berpikir untuk memberikan saya sebuah hadiah! Saya jadi menyesal saat saya mengurungkan niat untuk memberikan mereka beberapa souvenir kecil khas Indonesia. Sungguh. Dan saya bahkan tidak tahu apakah bisa bertemu mereka lagi sebelum saya pulang ke tanah air.

Kafe Annyong, tempat terakhir kami berbagi cerita ^^
Tabik.
서울, 12년12월27일

0 komentar: