rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Selasa, 27 Maret 2012

#NegeriOrang Part 3: Islamic Discussion with Korean

This is not discussion, this is PRESENTATION guy!


Seharusnya saya tidak kaget, karena memang buddy (teman) Korea saya sudah menginformasikan sebelumnya bahwa nantinya akan ada presentasi singkat. Tapi tetap saja saya terkejut, karena saya tidak melakukan banyak persiapan (boleh dibilang hampir nol). Saya kira akan ada sesi diskusi dan tanya jawab, sehingga saya lebih bisa mengungkapkan argumen saya dalam forum santai, tetapi ternyata tidak ada.

Saya diundang teman Korea saya untuk menyampaikan sedikit hal tentang Islam dihadapan adik-adik tingkatnya. Forum ini diadakan dalam rangka menambah pengetahuan mereka tentang Islam, karena mereka sedang mempelajari negeri Uni Emirat Arab yang mayoritas penduduknya Islam. Meskipun bingung harus menyampaikan apa, saya menyambut baik tawaran teman saya itu. Saya pikir, tidak ada salahnya. Malah ini merupakan kesempatan baik untuk sedikit memperkenalkan Islam kepada orang-orang Korea.


Saya pun menghubungi beberapa teman muslim yang tinggal satu asrama dengan saya. Tadinya ada empat orang yang akan ikut, namun dua orang membatalkan karena ada janji lain. Jadilah saya dan dua teman saya—dari Brunei dan Mesir—berangkat ke forum ini. Forum yang sesungguhnya saya tidak tahu akan seperti apa, sehingga saya juga tidak bisa memberikan gambaran yang jelas kepada dua teman saya ini.

Sempat terlambat karena saya pergi ke Myeongdong—pusat perbelanjaan di Korea—dan karena harus makan malam, jam tujuh malam lebih kami akhirnya bertemu dengan teman-teman Korea ini. Jurusan mereka adalah International Trade dan mereka sekarang sedang mempelajari Uni Emirat Arab. Karena mayoritas penduduk UEA adalah Islam, maka mereka pun mempelajari Islam.

Meskipun bingung pada awalnya, akhirnya saya menyampaikan sedikit tentang Tuhan, Nabi dan Rasul, serta perintah wajib (5 rukun Islam). Kendala lainnya adalah bahasa. Seharusnya saya menggunakan bahasa Korea, karena terkadang orang Korea tidak fasih berbahasa Inggris. Namun entah kenapa bahasa Korea saya timbul tenggelam. Akhirnya saya menyampaikan dalam bahasa Inggris, walau kadang tercampur dengan bahasa Korea.

Sesungguhnya cukup berat ketika menyampaikan landasan dasar tentang Islam, apalagi permasalah sekitar ketauhidan. Pada saat menyampaikan bagaimana wahyu disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad pun, saya agak bingung menyampaikan dengan bahasa yang sederhana. Namun, yang saya apresiasi, mereka sudah mengetahui tentang Koran (Al-Qur’an), puasa, dan zakat.

Setelah menyampaikan dengan cukup singkat, saya kira akan ada sesi tanya jawab seputar apa yang disampaikan. Tapi, ternyata tidak ada yang bertanya, mungkin karena mereka tidak sepenuhnya mengerti akan apa yang kami katakan. Atau mungkin penjelasan dari kami—yang tanpa persiapan ini—tidak dipahami oleh mereka. Entahlah, tapi mereka akan mengadakan diskusi sendiri—padahal saya ingin ikut.

Tapi ada yang bertanya tentang Qur’an, apakah Nabi Muhammad yang menerjemahkan perkataan Allah menulisnya. Saya menjawab bahwa pada saat Nabi Muhammad hidup, Al-Qur’an tidak berbentuk seperti sekarang ini. Pada saat Nabi Muhammad wafat, para sahabat yang menuliskannya kembali. Sayang saya lupa menjelaskan tentang perdebatan penulisan ulang Al-Qur’an ini, dan kenapa dituliskan kembali. Mungkin lain kali, saya harap.

Jelas apa yang sudah saya jelaskan pada mereka belum menjawab keingintahuan mereka akan apa itu Islam. Saya kira akan ada pertanyaan seputar jilbab, daging babi, ataupun alkohol, tapi ternyata tidak ada. Mungkin terpikir oleh mereka, hanya mereka lupa.

Yang bisa saya ambil, bahwa kita ternyata harus belajar terus menerus akan agama kita, apa yang kita yakini. Di dunia ini terdapat beragam macam orang dengan latar belakang budaya maupun kepercayaan yang berbeda. Di Indonesia, mungkin setiap orang tidak asing dengan apa itu Islam, begitu juga di Brunei maupun Mesir. Tapi di Korea, orang masih asing dengan Islam. Ini adalah hal yang baru bagi mereka yang memiliki latar belakang atheis—namun menyembah dewa, salah satunya disebut Harubang yang menjadi maskot pulau Jeju.

Ini membuat saya sadar untuk terus belajar mengenai agama saya. Mungkin tidak harus yang bersifat filosofis dan mendalam, tapi dimulai dengan hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari. Karena itulah yang dilihat dari orang lain dan mereka otomatis akan bertanya tentang hal itu. Perbedaan budaya, kepercayaan, bahasa adalah hal yang menarik. Hal yang sering menimbulkan konflik, namun sesungguhnya ketika ada rasa saling paham konflik itu tak akan terjadi.

Saya harap saya bisa bertemu dengan mereka lagi dan berdiskusi. Semoga, agar tidak ada bias yang terjadi dan semua bisa hidup dalam kepahaman yang mendamaikan.

2012-03-27오후 10:12
기숙사에서

0 komentar: