rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Jumat, 18 Mei 2012

#NegeriOrangPart4: 우리 (Uri, Kita), Salah Satu Faktor Keberhasilan Orang Korea

Kadang saya bertanya, kenapa Korea (Selatan) bisa berhasil seperti sekarang ini, dalam konteks industri dan perekonomian? Banyak cerita yang sudah saya dengar, seperti bahwa orang Korea giat, ‘cepat-cepat’, dll. Tapi tetap saja ketika saya di sini, saya bertanya kembali, kenapa mereka bisa berhasil? Kadang saya melihat, mereka tak jauh berbeda dengan orang Indonesia. Malah mungkin, seorang pelajar kelihatan lebih sering bermain daripada belajar.

Namun, ada satu yang akhirnya saya sadari dari prinsip keberhasilan orang Korea, yaitu prinsip 우리 (uri= kita). Orang Korea sering sekali menggunakan kata ‘kita/kami’ daripada ‘saya’. Bahkan ketika makan bersama pun, prinsip ini dipakai.


Awalnya saya pikir tidak ada yang berbeda antara makan bersama orang Indonesia dan Korea. Tapi ternyata tidak. Ketika pergi ke restoran Korea, seringkali saya menjumpai satu wajan besar di atas meja makan pengunjung restoran. Misalnya kita memesan nasi goreng, maka di satu wajan itulah nasi goreng akan di masak lalu di makan bersama. Apa efeknya? Semua orang yang makan bersama, harus memesan menu yang sama, karena ketika kita memesan menu yang berbeda, maka harus di meja yang berbeda pula. Satu menu dimasak bersama dan dimakan bersama.

Rata-rata semua masakan Korea dimasak dengan cara seperti ini, tteokbokki, nasi goreng, dll. Satu hal yang belum pernah saya temui di Indonesia. Di Indonesia, kita bisa memesan apapun yang kita mau, tak ada ‘paksaan’ untuk memesan satu menu saja. Tapi di Korea, mau tak mau kita semua harus satu ‘visi’ dalam memesan makanan. Ada sensasi tersendiri ternyata ketika kita melihat masakan langsung dimasak dalam satu wajan, di depan wajah kita dan bersama-sama menikmatinya.

Terkesan seperti ‘efek’ yang harus ditanggung ketika kita bersama-sama, tapi memang itu bukan? Ketika melakukan suatu hal bersama-sama, ada ‘sesuatu’ yang harus ditanggung bersama pula. Ketika makan bersama, ya kita harus memesan menu yang sama, bukan mengandalkan ego dengan memesan sesuatu yang diinginkan.

Apa akibat lainnya? Adanya musyawarah. Sebelum memutuskan apa yang mau dipesan, tentu saja harus berunding dulu bukan? Karena dengan hanya adanya ‘satu menu’ bukan berarti memuaskan satu orang saja, tapi semua pihak yang makan bersama. Agar setelah makan bersama, yang ada hanyalah ‘kebersamaan’ yang semakin terjalin, bukan malah rasa ‘kesal’ yang terpendam.

Salah satu contoh ‘kekitaan’ lain orang Korea, seperti yang disebut oleh Kongdan Oh dalam artikel “Bureaucracy and Think Tanks”, adalah tidak adanya pemisahan tempat kerja dalam kantor-kantor perusahaan atau pemerintahan Korea. Kongdan Oh menyebut ini sebagai “Collective Work Ethic”. Adanya satu ruangan besar di mana tidak ada privasi, namun inilah yang membuat suasana kekeluargaan hidup dalam lingkungan kerja. Lingkungan seperti inilah yang justru memacu setiap individu untuk menunjukkan kemampuan maksimal mereka.

Etika 회식 (makan bersama di luar) yang terus dijaga sampai sekarang juga merupakan salah satu contoh prinsip “kekitaan” orang Korea. ketika saya membaca-baca buku pelajaran Bahasa Korea saya, sering saya jumpai budaya makan di luar dalam lingkungan kerja orang Korea. Ketika ada pegawai baru, ataupun ketika ada pegawai yang promosi jabatan, biasanya hal ini dilakukan.

“Kita”, prinsip yang mau tak mau akhirnya saya akui sebagai salah satu faktor keberhasilan orang Korea. Maka, tak wajar ketika rakyat Korea bisa mengumpulkan emas senilai 2,2 milyar untuk menanggulangi utang negara mereka (awal tahun 1998). Satu pikiran positif yang ditanamkan bahwa utang negara adalah utang bersama. Ini juga yang membuat saya berpikir bahwa paradigma ‘satu kepala 10 juta’ yang sering disampaikan di Indonesia adalah energi negatif yang tak sadar terus tersebar. Well, pemerintah kita memang berhutang, dan kita tak tahu hutang itu dikemanakan dan untuk apa. Tapi, paradigma bahwa ini adalah negara kita dan kita jugalah yang menanggung segala susah dan duka negara ini harus ditanamkan. Agar pikiran positif bahwa negara kita bisa bangkit, juga bisa tersampaikan ke setiap pikiran orang-orang.

Tabik.

20120518 () 오후 10:15
기숙사에서

0 komentar: