rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Jumat, 04 Oktober 2013

Agar Inovasi Tak Berhenti Pada Ide

http://www.peterlim-mba.com/files/motivation/23-kreatif-inovatif.gif

Berbicara tentang inovatif bukan hanya tentang perkembangan teknologi baru yang ‘inovatif’, tapi tentang ide, pikiran, dan filosofi yang meresap dalam hidup manusia.

Selama ini, kita cenderung mengorelasikan kata ‘inovatif’ dengan ‘teknologi’. Seakan-akan, yang perlu inovasi itu hanyalah teknologi bendawi. Padahal, sejatinya yang terus berinovasi adalah pikiran manusia, teknologi atau kebendaan itu hanyalah buah dari inovasi manusia. Inovasi berputar dalam otak manusia, dan mampu membuahkan pikiran baru yang bersifat non-bendawi, atau juga yang bersifat bendawi.


Tentu saja benda-non-bendawi ini tergantung dalam filosofi atau pandangan hidup suatu bangsa. Sebagai contoh, saya ambil filsafat orang Korea. Ciri utama filsafat Korea adalah praktis, pragmatis, dan materialis. Korea banyak mengambil langkah-langkah inovatif untuk memperbaiki keadaan negerinya, dan pemikiran inovatif tersebut pada akhirnya selalu berbuah hasil yang materialis. Inovasi yang terus dilakukan dalam bidang teknologi untuk menopang ekonomi jelas menghasilkan gadget-gadget canggih yang mampu menarik perhatian banyak orang. Dan hasil dari pemikiran inilah yang berupa material—uang—yang pada akhirnya membuat mereka meraih kebahagiaan. Inovasi untuk kebahagiaan, dan kebahagiaan itu berupa material, bukan terletak di hati.

Tentu saja bukan material yang diharapkan dari inovasi-inovasi. Masyarakat yang inovatif akan menghasilkan peradaban yang maju dan bermoral, dan keuntungan material hanyalah salah satu dampaknya. Dan ketika ini sudah disadari, langkah inovatif apa yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalah monoton negeri ini? Yang berkisar di antara perebutan kekuasaan, satir politik, kesenjangan ekonomi, kleptokrasi, dan lainnya.

Sebelum menuju langkah inovatif, yang harus dipikirkan adalah bagaimana memunculkan pikiran inovatif itu. Manusia dengan anugerah akal yang disematkan padanya, juga diberikan pikiran kritis yang akan muncul jika melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan jalan pikirannya. Pikiran kritis ini bagaikan pisau, jika tidak pernah digunakan maka ia akan tumpul, kehilangan daya kritis. Sedangkan jika terus digunakan maka pikiran kritis akan terus berkembang, yang menjadi cikal bakal pikiran inovatif.

Namun daya kritis ini akan berhenti pada kritik-kritik normatif jika tidak ada kemauan belajar pada diri manusia. Perwujudan daya kritis menjadi inovasi, membutuhkan pengetahuan agar inovasi itu bisa menimbulkan manfaat bagi banyak pihak. Dan perwujudan inovasi ini menjadi buah pikiran atau materi jelas membutuhkan pengetahuan praktis. Jika tidak ada kemauan untuk terus belajar, maka pikiran kritis ini hanya akan berhenti pada tataran kritik, tanpa saran dan realisasi.

Dan di sinilah yang penting, inovasi-inovasi yang ada itu untuk apa? Inovasi lahir setiap hari dari pikiran kita, namun jika tidak ada satu frame tujuan dan cita-cita yang pasti, maka inovasi ini akan meloncat ke luar namun segera menghilang. Perlunya tujuan dan cita-cita yang pasti—pribadi maupun komunal—adalah untuk mewujudkan inovasi menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat bagi manusia.

0 komentar: