rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Selasa, 18 Juni 2013

Poisoned by...

"Kadang kita berpikir kita tak bisa di sana dan di sini, dan pikiran itu merayap merasuki diri kita hingga kita lupa kita bisa berubah."

#Cafe_Maniac, mungkin itulah penyakit yang sedang saya alami saat ini. Bukan, bukan masalah saya sedang menggandrungi kafe, tapi tentang ketergantungan saya terhadap (suasana) kafe.



Saya akui ritme hidup saya saat ini agak berantakan. Saya bagaikan robot. Pagi sampai sore di kampus, mengurus kuliah maupun tetek bengek lainnya. Malam mengajar, dan sampai pagi buta harus berkutat dengan huruf kotak-bulat [baca: huruf Korea] dan harus menerjemahkannya. Lelah, iya. Terkadang saya sampai lupa kapan saya harus mengumpul tugas, kapan saya harus mengerjakan tugas, dan lain-lain.

Sepulang mengajar, jujur saya kehabisan tenaga. Sesampainya di kontrakan, biasanya saya makan, nonton tivi, dan saya sadari saya terlalu lelah untuk mengerjakan tugas mesti sudah menghidupkan netbook. Dibilang suasana kontrakan tidak mendukung mungkin bukan, tapi saya sudah menyugesti diri saya bahwa saya hanya bisa menyelesaikan pekerjaan saya di tempat lain, dan tempat itu adalah kafe.

Maka akhir-akhir ini saya sering pulang larut malam, di atas jam 11, hanya karena saya nongkrong di kafe dahulu selesai mengajar atau kegiatan lainnya. Ditemani secangkir kopi--hitam-- dan suasana kafe yang mendukung otak saya bekerja dan tugas-tugas saya pun selesai. Orang-orang kafe yang jelas banyak yang saya tidak kenal membuat saya merasa sendiri dan bisa fokus untuk mengerjakan tugas. Dan saya berhasil! Sugesti itu berhasil!

Tapi ternyata itu yang berat, pulang di atas jam sepuluh malam. Perempuan, menaiki sepeda, apalagi berjilbab seperti saya masih keluyuran di jalan Kaliurang hingga tengah malam, adalah situasi yang saya sendiri tidak bisa terima. Meskipun Jogja tergolong aman dan yang saya lakukan sesungguhnya tidak macam-macam, sebenarnya tak ada masalah. Tapi entah kenapa, saya takut akan anggapan orang-orang dan takut akan diri saya sendiri.

Kenapa? Kenapa saya tidak bisa hanya di rumah duduk tenang dan mengerjakan tugas-tugas saya? Toh kalau masalah kopi saya bisa menyeduh sendiri. Tapi ternyata bukan itu masalahnya. Secangkir kopi tidak mampu mengalahkan godaan kasur dan televisi ternyata. Saya seringkali kalah, seringkali tertidur dengan tugas-tugas menumpuk di hadapan saya. Dan saya lari ke kafe.

Saya rasa ini penyakit yang telah menghantui saya sejak lama, terutama ketika saya berada di Korea. Merasa tidak bisa belajar di rumah atau kamar, saya pergi ke tempat individualis di mana saya bisa fokus mengerjakan pekerjaan saya. Seringkali saya pergi ke perpustakaan (yang buka 24 jam) atau kafe dan pulang tengah malam. Tapi sayang di sini bukan Korea, di mana pulang malam--apalagi karena mengerjakan--tugas adalah hal biasa. Di sini Indonesia, Yogya, yang tentu saja berbeda. 

Bagaimanapun juga, paling tidak penyakit #Cafe_Maniac ini harus diatasi. Sebisa mungkin memaksimalkan tempat di mana saya tinggal, meski terkadang harus terbangun tengah malam dan mengejar deadline...

"Secangkir kopi adalah candu, tapi kursi teman bercengkramamu dengan kopi adalah candu yang lebih menyakitkan."
Tabik.
2013-06-18

2 komentar:

Anonim mengatakan...

jangan banyak-banyak kopi~~ mommy bear di banned minum kopi sama dokter itu pas ketauan darah rendah XD

Unknown mengatakan...

hoho,,iya si bel...
untungnya gw ga minum kopi kalo di rumah, maunya yang dibikinin orang,,kkk
tapi tetep aja ni gw mesti ngontrol kopi,,, #ohnoo