#NegeriOrangPart18: Demilitarian Zone of Korea4 (Imjingak)

Meskipun sedih dan pahit, kita tetap menyimpan doa bukan?

Bagaimanapun, perang selalu menyisakan kepedihan, bagi yang merasakan maupun yang mendengarkan kisahnya. Tak ada perang tanpa korban, tak ada perang tanpa pengorbanan, dan tak ada perang tanpa sakit. Tapi memang lebih baik perang menimbulkan sakit, karena pada akhirnya manusia tahu bahwa terus berperang itu bukan solusi.

Imjingak Resort

Tempat terakhir yang saya kunjungi adalah Imjingak Resort. Tempat ini adalah tempat di mana kepedihan yang disebabkan oleh Perang Korea tahun 1950 dan konflik antara Korea Selatan-Korea Utara tersisa. Terdapat beberapa monumen yang didirikan untuk mengingat konflik sedarah yang pernah tercatat dalam sejarah manusia.

Saya juga melihat bangkai kereta yang dipajang di sana. Kereta yang dulu akan menuju Shineuiju, daerah paling utara dari daratan Peninsula sebelum adanya daerah terlarang yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan.

A Train which goes to Shineuiju...

Di dekat gerbong kereta, ada daerah bernama Mangbaeddan di mana orang-orang yang dulu tinggal di Korea Utara mendoakan orang tua dan sanak keluarga mereka. Mereka menuliskan doa mereka di kertas dan menempelkan di sebuah dinding yang terbuat dari kawat.

Kertas-kertas bertulisan pengharapan dan doa...

Ketika dikatakan bahwa di tempat inilah tersisa kepedihan akibat perang, ya memang tidak ada yang bisa dirasakan selain kepedihan. Perpisahan karena perang tentu saja berbeda, karena pada akhirnya kita tidak tahu apakah bisa berjumpa lagi atau tidak. Tentu saja berbeda, karena meskipun bisa ada kemenangan, tapi kemenangan itu didapat dari mengorbankan sesuatu yang lain.

Bahwa keluarga yang terpisah itu terus mendoakan keluarga mereka di hari Tahun Baru dan Chuseok (Thanksgiving Day Korea), ada harapan yang lagi-lagi tertanam. Harapan bahwa kematian yang telah terjadi bukan kematian sia-sia, dan harapan bahwa pertemuan kedua itu akan ada kembali.

Semoga.

Tabik.

2012년8월18일 오전 3:55