Kadang saya berpikir, adakah ambisi penaklukan itu mesti ada?
Oke, saya lupa nama tempat kedua yang saya kunjungi pada saat DMZ Tour. Tapi tempat kedua ini adalah tempat yang saya suka, karena--walaupun melalui teropong--saya bisa melihat Korea Utara.
Perbatasan yang diam. Dibatasi oleh sungai dan hutan, perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan seakan menggambarkan dinginnya relasi di antara mereka. Jikalau saya terbiasa dengan bisingnya Seoul sehari-hari, maka saya melihat sepinya Korea Utara. Tentu saja yang saya lihat bukanlah pusat kota--Pyeongyang--namun tetap saja sepi saya rasa.
Di sinilah kita bisa melihat Korea Utara melalui teropong. Sayang tidak diperbolehkan mengambil foto lebih dekat |
Di tempat ini, kita bisa melihat Korea Utara melalui teropong yang terpasang. Dengan memasukkan koin 500 won, kita bisa melihat keadaan Korea Utara selama beberapa menit. Yang pertama kali saya rasakan adalah, "Wow, Akhirnya Korea Utara...". Memang tidak melihat secara langsung, tapi melihat negara yang sangat susah kita lihat melalui televisi ataupun internet adalah sesuatu yang menakjubkan bagi saya.
Saya bisa melihat bendera Korea Utara yang berkibar, dan di kejauhan pula, saya bisa melihat bendera Korea Selatan, dengan ketinggian tiang yang lebih pendek dari Korea Utara. Well, mungkin persaingan.
Setiap pagi, kita bisa melihat truk-truk berjalan menuju Korea Utara. Kalau saya tidak salah dengar, truk-truk tersebut membawa bahan makanan. Sayang saya tiba di sana pada saat siang hari, sehingga tidak bisa melihat truk-truk tersebut.
Konon, ada suatu tempat di perbatasan yang disebut "Fake City", kota ini sengaja dibuat oleh Korea Utara untuk menunjukkan keberadaan mereka. Padahal, tidak ada yang tinggal di sini. Oke, sampai di sini jangan tanya pada saya kenapa mereka membuat kota palsu tersebut. Kebutaan saya akan bagaimana keadaan di Korea Utara pada akhirnya membuat saya berpikir, "Ya, mungkin sengaja dibuat oleh Korea Utara untuk menunjukkan mereka juga memiliki bangunan yang sama dengan Korea Selatan."
Tapi semoga tidak, atau setidaknya tidak lagi.
Perbatasan yang terus diam. Adanya perbatasan yang diam di antara kedua daratan Peninsula ini, tak ada yang tertinggal kecuali kepedihan. Saya berpikir, sampai kapankah perbatasan ini akan diam? Semoga tidak lama, saya harap.
Tabik.
2012년8월18일 오전 3:02
0 komentar:
Posting Komentar