rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Minggu, 17 Juni 2012

#ACupofCoffe1: Islam dan Sejarah Kopi

Tulisan ini mungkin cuma sekedar selingan, di tengah persiapan ujian, perjalanan menuju dan dari Busan, dan minat yang mulai tumbuh tentang kopi. 

Ya, kopi. Awalnya saya kira kopi adalah minuman biasa saja. Cuma minuman yang bisa menahan kantuk, atau yang tersaji di tengah-tengah kesibukan membaca koran atau menunggu teman. Kalau di Korea, kopi digolongkan sebagai 기호식품, yaitu makanan/minuman di mana ada segolongan orang yang suka dan segolongan orang yang tidak suka.

Kecintaan orang Korea terhadap kopi mau tak mau membuat saya yang tadinya  cuma minum kopi pada saat tertentu, menjadi rutin meminum kopi. Alasan utama, jelas untuk menghilangkan kantuk yang kadang mendera ketika mengikuti perkuliahan. Alasan kedua, tiba-tiba jadi suka saja, di samping es krim dan susu kedelai yang jadi minuman favorit saya di sini.

Berbicara tentang kopi, mungkin lebih banyak di antara kita yang mengetahui sejarah coklat atau rokok dibandingkan sejarah kopi. Kenapa? Saya juga kurang tahu, karena selama ini hanya tahu meminum kopi saja. :) Yang membuat saya sedikit terkejut dan takjub, ternyata Islam sangat dekat dengan budaya minum kopi saat ini.

Dalam buku 커피의 거의 모든 것 (Coffe) karangan Bosok Ha dan Mira Jo, kisah sejarah kopi yang paling terkenal adalah Penggembala Kaldi dan Rahib Omar. Cerita pertama yaitu Penggembala Kaldi berasal dari Ethiopia, salah satu negara penghasil kopi arabica. Diceritakan bahwa di Abyssinia (Ethiopia sekarang) hidup seorang penggembala kambing. Suatu hari, penggembala Kaldi ini menemukan seekor kambing yang berperilaku aneh seperti terangsang dan gelisah (karena gembira). Setelah ditelisik, ternyata kambing ini memakan buah yang berwarna merah, yang pohonnya terletak tidak jauh dari tempat penggembalaan. Karena heran, penggembala Kaldi ini pergi ke masjid (di buku ini disebut biara orang Islam) dan menceritakan kejadian ini. Kaldi dan sang rahib pun pergi ke tempat penggembalaan dan memakan buah merah ini. Setelah memakan buah ini, mereka pun merasa fresh dan bersemangat. Selain itu, buah ini bisa menghilangkan rasa kantuk sehingga sangat membantu bagi sang rahib yang sedang belajar agama.

Kisah lain, di abad ke-13 di Yaman hiduplah Syekh Omar yang merupakan seorang rahib. Syekh Omar difitnah (wallahu 'alam di buku ini tidak dijelaskan fitnah apa) dan diusir ke sebuah tempat bernama Osavra (오사브라). Syekh Omar yang kelaparan ini, tiba-tiba melihat seekor burung menggigit buah berwarna merah lalu berkicau merdu. Syekh Omar yang heran kemudian memetik buah tersebut dan membawanya ke gua yang ada di dekat situ. Saat beliau merebus buah tersebut, terciumlah aroma yang sangat enak hingga tidak bisa diungkapkan dalam kata-kata (contek kata2 di buku :D). Beliau pun meminum air rebusannya dan dalam sekejap kelelahannya pun hilang. Syekh Omar pun menganggap bahwa buah itu adalah pemberian dari Allah dan memberikannya kepada orang-orang yang sakit. Sejak itu, buah ini disebut sebagai "Moka Agung" oleh orang-orang.

Terlepas dari valid tidaknya kisah-kisah di atas--paling tidak cerita-cerita inilah yang sering terdapat dalam buku tentang kopi--atau juga tentang kontroversi cafein dalam kopi, saya baru menyadari bahwa kopi tak lepas dari sejarah Islam. Bahkan Ibnu Sina pada tahun 1000M sudah membedah tentang kandungan kopi dari segi ilmu kedokteran dan kesehatan. Tapi entah kenapa sejarah kopi ini kurang terkenal dibandingkan sejarah coklat dan rokok.

Oke, saya tidak ingin berspekulasi, hanya merasai adanya penyebaran, pengembangan, kisah-kisah yang tertanam pada secangkir kopi yang mungkin kita nikmati hari ini. Dari satu biji buah merah yang dipetik oleh seorang penggembala dan rahib hingga akhirnya menyeberang lautan dan tersebar ke seluruh dunia.

Mungkin budaya meminum secangkir kopi--secara terus-terusan--bukan merupakan budaya yang bagus. Saya juga sepakat dengan itu. Tapi, tidak salah mencoba secangkir kopi dan merasakan betapa jauh jarak yang telah ditempuh oleh sebiji kopi hingga menjadi kopi yang kita minum. Lebih nikmat. Selain itu, mengingatkan kita bahwa manusia yang diberikan akal selalu mampu memanfaatkan apa yang telah diciptakan Allah untuk kepentingan manusia itu sendiri, jikalau mau dan mampu.

Tabik.
2012년06월17일
Buat seorang teman, maaf ya bukunya sudah saya baca dulu sebelum saya beri :)

*Mohon maaf apabila terdapat kesalahan informasi. Tak lain adalah keterbatasan penulis dalam menerjemahkan. 이해해 주셔서 감사합니다

Sumber:
1. Bosok, Ha dan Mira Jo. 2005. 커피의 거의 모든 것 (Coffe). 서울: 열린세상

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ngemeng2 soal kopi. jd ingt filosofi kopinya Dee&pmbahasan kopi di novelny Andrea Hirata yg Dwilogi Padang Bulan

Unknown mengatakan...

hehe,,blm baca smua it mb,
novel andrea berhenti smpe tetralogi laskar plangi yg ke-2..
kopi memang pembicaraan yg filosofis dan asyik :)