KECEWA,,,,lagimungkin memang ini tahapannya, bahwa suatu saat kamu akan merasa kecewa terhadap sesuatu. Tapi jujur, saya terlalu lelah akan kekecewaan itu sendiri. Kebanyakan dari kita dituntut untuk all out, untuk berkontribusi penuh. Tapi sayangnya sebagian besar dari kita lupa bahwa kita punya waktu yang terbatas.Ini mungkin puncak kelelahan saya, setelah 3 hari (baca: 3 bulan lebih) mengurus ospek fakultas yang jujur walaupun hanya menjadi tim penggembira tetap saja saya merasa lelah, saya harus 'dipaksa' mengurus kegiatan yang lain keesokan harinya. Jam 6 (versi lain 6.30) diharuskan sudah berkumpul di kampus untuk briefing. Lelah, jelas. Hari terakhir ospek seluruh panitia baru pulang jam 10 malam. Menurut saya, tidak rasionalis jika keesokan hari diharuskan berkumpul jam 6. Yang ada nantinya hanyalah ketidakefektifan, kesia-siaan. Toh, pada akhirnya semua baru datang jam 7/8.
VAIN.
TENTANG TEPAT WAKTU
Ini yang sering saya permasalahkan. Tak bisa dipungkiri-yang jujur saya kesali-kita terlalu sering meremehkan waktu. Indonesia terkenal dengan jam karetnya, saya tidak berdalih. Kenapa kita akhirnya meremehkan waktu? Mungkin karena kita sudah begitu terbiasa akan "telat pun gak papa", imej kita akan waktu adalah "yang lain juga pasti telat". Ya sudah, tidak ada lagi yang tergerak tepat waktu. Sering kita sebagai subjek dipersalahkan. Kita tidak bisa memprioritaskan-lah, tidak bisa efektifitas waktu-lah, tidak bisa mengatur waktu-lah, dsb. hanya kemudian pertanyaannya, memang waktu-yang kita tetapkan itu-sudah tepatkah?Seringkali kita sendiri yang tidak rasional terhadap waktu. Boleh dibilang kita terlalu idealis. Inginnya kumpul jam 6, padahal kemampuan rata-rata kita kumpul jam 7. Hasilnya? ya jam 7 baru pada kumpul. Sia-sia lagi kan?Kenapa kita tidak mencoba 'sedikit' rasional? Okelah, idealis itu boleh tapi jangan sampai kita lupa kita punya realitas kita sendiri-sendiri.\
SOLUSI
Jika memang semua bisa kumpul jam 7 ya jam 7 saja, tidak usah memaksakan kumpul jam 6. Kita belum kemampuan 'kumpul jam 6'. Namun jika akhirnya kita sudah terbiasa untuk menepati waktu-walau dengan resiko harus ekstra memaksimalkan waktu yang lebih sedikit. Tapi pada akhirnya kita bisa menghargai waktu itu sendiri. Baru ketika 'level' kita sudah bertambah, baru kita bisa me-lebihawal-kan jadwal kegiatan kita.
Itu baru tentang waktu, saya sadar bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang saya temui dalam 'kelompok' saya. Misal ketika saya melihat 'kelompok' lain bisa melaksanakan acara tepat waktu, saya jujur hanya ingin menangis. Kenapa saya tidak bisa melakukan itu di dalam lingkungan saya? Kenapa jika saya terlibat dalam suatu acara, acara itu kebanyakan selalu molor? Kenapa? Kenapa spirit waktu itu tidak ada?Dan kemarin boleh dibilang adalah akumulasi-akumulasi 'hasil penglihatan saya atas kekurangan-kekurangan', hingga akhirnya saya memilih untuk sedikit kabur. Ya, saya akui saya benar-benar lelah, saya bahkan menangis ketika mendengar suara adik-adik saya, suara ayah saya, suara ibu saya. Rasanya saya ingin kembali ke kampung halaman, tertawa bersama mereka, bukan di sini di mana saya terus memendam kecewa. Saya merasakan beban itu terlalu berat dibebankan kepada saya, padahal ada teman-teman lain menunggu amanah itu, untuk meningkatkan kapasitas diri mereka.
Dan yang saya kecewakan lagi adalah, saya belum menemukan orang yang bisa saya percayai untuk berbagi kekecewaan ini. Saya skeptis, apakah mereka bisa menerima kekecewaan saya, atau jika bisa membantu saya. Okelah mungkin saya pada akhirnya mengungkapkan kekecewaan ini, tapi tidak dengan rasa yang sama ketika saya benar-benar merasa kecewa, ketika saya benar-benar menangis menghadapi kekecewaan ini. Pada akhirnya yang saya ungkapkan adalah kekecewaan yang sudah berlalu, sudah berubah karena waktu. Tapi untuk ini saya tidak menyalahkan siapa-siapa, karena saya mengerti ini adalah kelemahan saya yang kurang bisa berbagi 'rasa' terhadap orang lain.Namun apakah kemudian saya lelah? Mata kedua orangtua saya selalu menghentak mengingatkan bahwa lelah itu sesaat saja, untuk kemudian bangkit lagi. Mereka telah lebih lama daripada saya, maka atas dasar apa saya mengindikasikan bahwa saya sudah lelah. Saya memang lelah, tapi bukan 'sudah' lelah. Saya terus mencoba untuk mengakumulasikan kekuatan saya lagi di jalan ini, tapi-kebanyakan-ketika kekuatan saya sudah ada, orang-orang di sekitar saya mengacuhkan saya. Ketika saya sedang merasa lelah, saya 'dipersalahkan'. Jadi apa yang salah dengan saya? Apa saya begitu labil menghadapi lika-liku jalan ini? Apa saya sudah mencapai titik 'bosan' untuk terus berada di sini-menilik stagnansi yang terus ada-? Kenapa dengan saya? Kenapa saya begini?Dan, yang hanya bisa saya ketahui sekarang bahwa saya harus terus belajar, bahwa saya harus terus 'legowo', bahwa saya harus terus memahami apa yang saya lakukan.
Yang saya tahu bahwa kelak saya akan memahami filosofi dari apa yang saya lakukan sekarang. Karena saya tahu bahwa sudah ada begitu banyak orang yang bertahan, maka saya pun harus bisa bertahan dan melakukan perbaikan.
2011년09월12일
오후 5:11
상아지고 싶으면
'소피의 새상'을 다시 읽고 싶으면
눈을 감고 싶으면...
북극성으로 가고 싶으면..
당신은 꼭 그곳에 있어야 한다...
@Musholla Al-Adab"
Wanna More.?
532 days
5 bulan yang lalu