Banyak teman menanyakan bagaimana rasanya ramadhan di Korea. Apakah lebih berat, lebih ringan, atau biasa2 saja. Tentu banyak faktor yang menjadi pertimbangan sebelum saya menjawab pertanyaan ini.
Ramadhan tahun ini bertepatan dengan puncak musim panas di Korea. Namanya puncak musim panas tentu saja tak usah ditanya lagi bagaimana panasnya. Meskipun hampir sama dengan di Indonesia, yaitu suhu rata-rata 30-34°C, entah kenapa saya merasa musim panas di sini terasa berbeda.
Ada fakta unik tentang musim panas yamg baru saya ketahui di sini. Saya kira, yang namanya hujan akan banyak turun pada saat musim gugur. Tapi ternyata tidak. Di wilayah-wilayah dengan iklim subtropis, musim panas adalah musim ketika hujan banyak turun ke bumi. Kalau di negara tropis hujan menyebabkan udara menjadi sejuk, maka tidak dengan di sini.
Di korea, hal ini disebut jangmacheol (장마철) yaitu hari-hari di mana hujan banyak turun. Namun selepas turunnya hujan, maka cuaca akan menjadi sangat panas.
Ramadhan di Korea diawali dengan jangmacheol ini, sehingga pada saat turunnya hujan, terasa sejuk. Namun seminggu terakhir setelah jangmacheol ini yang terjadi adalah panas yang tak henti menyengat. Suhu sekitar 30-34°C, tapi rasanya seperti 40°C. Dengan tingkat kelembapan mulai 50-100%, hal ini tentu saja menyebabkan panas yang sudah ada menjadi semakin panas. Angin pun sangat sedikit berhembus, wajar saja, kecepatan angin hanya berkisar 4m/s.
Bahkan ketika saya membaca koran lokal beberapa hari yang lalu, dua pria dilaporkan meninggal dikarenakan panas yang menyerang ini. Karena itu, pemerintah pun menghimbau masyarakatnya terutama anak-anak dan para lansia agar menjaga stamina mereka. Mungkin terlihat sepele, tapi kenyataannya bukan seauatu yang mesti kita remehkan atau bahkan hanya kita sumpah serapahi.
Meskipun bukan alasan, panasnya cuaca di Korea merupakan tantangan tersendiri bagi muslim yang menjalankan ibadah puasa. Terlebih lagi, puasa kali ini merupakan puasa yang cukup panjang, yaitu 16 jam. Subuh dimulai sekitar pukul 4 kurang, dan matahari baru tenggelam sekitar pukul 8 malam.
Jika menimbang waktu lamanya puasa, akan sangat enak jika berpuasa pada musim dingin, dengan durasi sekitar 11 jam saja. Namun tentu saja dengan konsekuensi cuaca dingin yang menggigit.
Jika mau memilih lagi, akan lebih enak berpuasa pada musim semi atau gugur, ketika cuaca hangat dan bunga bermekaran pada musim semi. Atau ketika cuaca sejuk dan daun-daun beraneka warna yang memanjakam mata pada musim gugur. Waktu matahari terbit-tenggelam juga termasuk wajar dan tidak berlebihan. Sayang, musim semi dan gugur yang indah ini hanya berlangsung sebentar.
Dikarenakan hal itu juga, saya merindukan musim Indonesia. Yang panas namun masih dalam batas toleransi. Yang tidak dingin dan sejuk ketika hujan turun. Yang suasana ramadhan bsnar-benar bisa terasa karena lingkungan yang audah terbentuk.
Namun Ramadhan tetaplah Ramadhan. Ia tidak mengenal tempat para muslim melaksanakannya. Ia akan tetap menyebarkan berkah di belahan bumi paling panas atau dingin sekalipun. Meskipun berbeda waktu matahari terbit dan tenggelamnya, ada sebersit cinta Ilahi di sela-sela waktu tersebut.
Selamat menjalani puasa...
Tabik.
2012년07월28일
sembari menikmati sejuknya subway di tengah panas yang meradang
Ramadhan tahun ini bertepatan dengan puncak musim panas di Korea. Namanya puncak musim panas tentu saja tak usah ditanya lagi bagaimana panasnya. Meskipun hampir sama dengan di Indonesia, yaitu suhu rata-rata 30-34°C, entah kenapa saya merasa musim panas di sini terasa berbeda.
Ada fakta unik tentang musim panas yamg baru saya ketahui di sini. Saya kira, yang namanya hujan akan banyak turun pada saat musim gugur. Tapi ternyata tidak. Di wilayah-wilayah dengan iklim subtropis, musim panas adalah musim ketika hujan banyak turun ke bumi. Kalau di negara tropis hujan menyebabkan udara menjadi sejuk, maka tidak dengan di sini.
Di korea, hal ini disebut jangmacheol (장마철) yaitu hari-hari di mana hujan banyak turun. Namun selepas turunnya hujan, maka cuaca akan menjadi sangat panas.
Ramadhan di Korea diawali dengan jangmacheol ini, sehingga pada saat turunnya hujan, terasa sejuk. Namun seminggu terakhir setelah jangmacheol ini yang terjadi adalah panas yang tak henti menyengat. Suhu sekitar 30-34°C, tapi rasanya seperti 40°C. Dengan tingkat kelembapan mulai 50-100%, hal ini tentu saja menyebabkan panas yang sudah ada menjadi semakin panas. Angin pun sangat sedikit berhembus, wajar saja, kecepatan angin hanya berkisar 4m/s.
Bahkan ketika saya membaca koran lokal beberapa hari yang lalu, dua pria dilaporkan meninggal dikarenakan panas yang menyerang ini. Karena itu, pemerintah pun menghimbau masyarakatnya terutama anak-anak dan para lansia agar menjaga stamina mereka. Mungkin terlihat sepele, tapi kenyataannya bukan seauatu yang mesti kita remehkan atau bahkan hanya kita sumpah serapahi.
Meskipun bukan alasan, panasnya cuaca di Korea merupakan tantangan tersendiri bagi muslim yang menjalankan ibadah puasa. Terlebih lagi, puasa kali ini merupakan puasa yang cukup panjang, yaitu 16 jam. Subuh dimulai sekitar pukul 4 kurang, dan matahari baru tenggelam sekitar pukul 8 malam.
Jika menimbang waktu lamanya puasa, akan sangat enak jika berpuasa pada musim dingin, dengan durasi sekitar 11 jam saja. Namun tentu saja dengan konsekuensi cuaca dingin yang menggigit.
Jika mau memilih lagi, akan lebih enak berpuasa pada musim semi atau gugur, ketika cuaca hangat dan bunga bermekaran pada musim semi. Atau ketika cuaca sejuk dan daun-daun beraneka warna yang memanjakam mata pada musim gugur. Waktu matahari terbit-tenggelam juga termasuk wajar dan tidak berlebihan. Sayang, musim semi dan gugur yang indah ini hanya berlangsung sebentar.
Dikarenakan hal itu juga, saya merindukan musim Indonesia. Yang panas namun masih dalam batas toleransi. Yang tidak dingin dan sejuk ketika hujan turun. Yang suasana ramadhan bsnar-benar bisa terasa karena lingkungan yang audah terbentuk.
Namun Ramadhan tetaplah Ramadhan. Ia tidak mengenal tempat para muslim melaksanakannya. Ia akan tetap menyebarkan berkah di belahan bumi paling panas atau dingin sekalipun. Meskipun berbeda waktu matahari terbit dan tenggelamnya, ada sebersit cinta Ilahi di sela-sela waktu tersebut.
Selamat menjalani puasa...
Tabik.
2012년07월28일
sembari menikmati sejuknya subway di tengah panas yang meradang
0 komentar:
Posting Komentar