This is not discussion, this is PRESENTATION guy!
Seharusnya saya tidak kaget, karena memang buddy (teman)
Korea saya sudah menginformasikan sebelumnya bahwa nantinya akan ada presentasi
singkat. Tapi tetap saja saya terkejut, karena saya tidak melakukan banyak
persiapan (boleh dibilang hampir nol). Saya kira akan ada sesi diskusi dan
tanya jawab, sehingga saya lebih bisa mengungkapkan argumen saya dalam forum
santai, tetapi ternyata tidak ada.
Saya diundang teman Korea saya untuk menyampaikan sedikit hal
tentang Islam dihadapan adik-adik tingkatnya. Forum ini diadakan dalam rangka
menambah pengetahuan mereka tentang Islam, karena mereka sedang mempelajari
negeri Uni Emirat Arab yang mayoritas penduduknya Islam. Meskipun bingung harus
menyampaikan apa, saya menyambut baik tawaran teman saya itu. Saya pikir, tidak
ada salahnya. Malah ini merupakan kesempatan baik untuk sedikit memperkenalkan
Islam kepada orang-orang Korea.
Saya pun menghubungi beberapa teman muslim yang tinggal satu
asrama dengan saya. Tadinya ada empat orang yang akan ikut, namun dua orang
membatalkan karena ada janji lain. Jadilah saya dan dua teman saya—dari Brunei
dan Mesir—berangkat ke forum ini. Forum yang sesungguhnya saya tidak tahu akan
seperti apa, sehingga saya juga tidak bisa memberikan gambaran yang jelas
kepada dua teman saya ini.
Sempat terlambat karena saya pergi ke Myeongdong—pusat perbelanjaan
di Korea—dan karena harus makan malam, jam tujuh malam lebih kami akhirnya
bertemu dengan teman-teman Korea ini. Jurusan mereka adalah International Trade
dan mereka sekarang sedang mempelajari Uni Emirat Arab. Karena mayoritas
penduduk UEA adalah Islam, maka mereka pun mempelajari Islam.
Meskipun bingung pada awalnya, akhirnya saya menyampaikan
sedikit tentang Tuhan, Nabi dan Rasul, serta perintah wajib (5 rukun Islam). Kendala
lainnya adalah bahasa. Seharusnya saya menggunakan bahasa Korea, karena terkadang
orang Korea tidak fasih berbahasa Inggris. Namun entah kenapa bahasa Korea saya
timbul tenggelam. Akhirnya saya menyampaikan dalam bahasa Inggris, walau kadang
tercampur dengan bahasa Korea.
Sesungguhnya cukup berat ketika menyampaikan landasan dasar
tentang Islam, apalagi permasalah sekitar ketauhidan. Pada saat menyampaikan
bagaimana wahyu disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad pun, saya agak
bingung menyampaikan dengan bahasa yang sederhana. Namun, yang saya apresiasi,
mereka sudah mengetahui tentang Koran (Al-Qur’an), puasa, dan zakat.
Setelah menyampaikan dengan cukup singkat, saya kira akan
ada sesi tanya jawab seputar apa yang disampaikan. Tapi, ternyata tidak ada
yang bertanya, mungkin karena mereka tidak sepenuhnya mengerti akan apa yang
kami katakan. Atau mungkin penjelasan dari kami—yang tanpa persiapan ini—tidak dipahami
oleh mereka. Entahlah, tapi mereka akan mengadakan diskusi sendiri—padahal saya
ingin ikut.
Tapi ada yang bertanya tentang Qur’an, apakah Nabi Muhammad
yang menerjemahkan perkataan Allah menulisnya. Saya menjawab bahwa pada saat
Nabi Muhammad hidup, Al-Qur’an tidak berbentuk seperti sekarang ini. Pada saat
Nabi Muhammad wafat, para sahabat yang menuliskannya kembali. Sayang saya lupa
menjelaskan tentang perdebatan penulisan ulang Al-Qur’an ini, dan kenapa
dituliskan kembali. Mungkin lain kali, saya harap.
Jelas apa yang sudah saya jelaskan pada mereka belum
menjawab keingintahuan mereka akan apa itu Islam. Saya kira akan ada pertanyaan
seputar jilbab, daging babi, ataupun alkohol, tapi ternyata tidak ada. Mungkin terpikir
oleh mereka, hanya mereka lupa.
Yang bisa saya ambil, bahwa kita ternyata harus belajar
terus menerus akan agama kita, apa yang kita yakini. Di dunia ini terdapat
beragam macam orang dengan latar belakang budaya maupun kepercayaan yang
berbeda. Di Indonesia, mungkin setiap orang tidak asing dengan apa itu Islam,
begitu juga di Brunei maupun Mesir. Tapi di Korea, orang masih asing dengan
Islam. Ini adalah hal yang baru bagi mereka yang memiliki latar belakang atheis—namun
menyembah dewa, salah satunya disebut Harubang yang menjadi maskot pulau Jeju.
Ini membuat saya sadar untuk terus belajar mengenai agama
saya. Mungkin tidak harus yang bersifat filosofis dan mendalam, tapi dimulai
dengan hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari. Karena itulah yang dilihat
dari orang lain dan mereka otomatis akan bertanya tentang hal itu. Perbedaan budaya,
kepercayaan, bahasa adalah hal yang menarik. Hal yang sering menimbulkan
konflik, namun sesungguhnya ketika ada rasa saling paham konflik itu tak akan
terjadi.
Saya harap saya bisa bertemu dengan mereka lagi dan
berdiskusi. Semoga, agar tidak ada bias yang terjadi dan semua bisa hidup dalam
kepahaman yang mendamaikan.
2012-03-27오후 10:12
기숙사에서
0 komentar:
Posting Komentar